Anda pernah tes inteligensi atau IQ? jika sudah berapa skor IQ anda? rata-rata atau diatas rata-rata, atau bahkan dibawah rata-rata (mudah2an gak ya .. hik hik hik). apa pengaruhnya dengan kualitas hidup anda jika diketahui berapa skor IQ kita? kesannya serem ya karena hanya dengan skor angka, kita berada dalam “judge” pihak lain bahwa kita “bodoh” “pintar” “lihai” “kaku” “fleksibel” “berimajinasi” “cenderung penghayal” “strategical” dan lain sebagainya. Apa enak masuk dalam pengkotak-kotakan seperti itu yang nota bene bersifat “memaksa”.
kali ini saya tak membahas mengenai apa itu IQ dan berapa pengaruhnya terhadap efektifitas hidup seseorang. melainkan adanya sebuah fakta yang bisa mengarah kepada pentingnya eksperimen pembuktian empiris. apa fakta tersebut?
Baru-baru ini kami menemukan sebuah fakta baru terkait dengan superior intelligence yang kemungkinan bergaris lurus dengan kemampuan yang rendah dalam mengatasi situasi kerja underpressure.
mmhh… maksudnya orang yang pintar ternyata (cenderung) memiliki kelemahan dalam kerja dibawah tekanan. kenapa demikian? ada beberapa hal yang perlu dibuka, karena ini bersifat teknis, jadi kami akan membuat bahasa sesederhana mungkin.
Skor IQ adalah kesimpulan dalam bentuk angka akhir, yang kalau dibuka lebih detail ternyata terdapat aspek-aspek yang bersifat spesifik. misalnya kecerdasan bahasa, konsentrasi, hafalan, pemahaman, penerimaan encoding, pengolahan informasi secara logika, pengolahan data secara analisa, kemampuan teknis, kelihaian berpikir dengna angka, dan lain sebagainya. semuanya itu digabungkan, dan disatukan dengan perhitungan statistik, atau dirata-ratakan dengan memperhitungkan usia, pengalaman, pendidikan, dan lainnya. nah dapatlah skor akhir. Skor akhir inilah yang disebut IQ.
nah .. seorang dengan kemampuan superior dari masing-masing aspek tadi (semuanya diatas rata-rata, dalam arti tidak ada proporsi ada yang tinggi atau ada yang rendah), cenderung menjadikan gaya berpikir yang kaku atau tidak fleksibel. bahasa kerennya inflexibility thinking.
apa itu inflexibility thinking
Inflexibility thinking adalah pemikiran yang rigid, karena secara kognitif sulit mengubah haluan secara cepat. Bukan karena impotensi kecerdasan, namun lebih karena kekuatan yang (sama besar) saling tarik menarik antara satu dan lainnya. jadi istilah sederhananya pola pemikirannya antara logik dan analis keduanya gak ada yang mau ngalah. inilah yang disebut kekauan berpikir. biasanya cenderung sulit diarahkan, merasa superior dengan logikanya sendiri, atau bisa jadi sulit menerima masukkan. nah keadaan inilah yang menyebabkan tipe kecerdasan ini sering cepat tertekan atau stress.
mungkin ini membutuhkan penelitian empirik yan lebih lanjut, namun cobalah jujur, apakah anda pernah menemukan tipe orang yang demikian?? kalau ya, mungkin temuan ini ada benarnya. kalau merasa tidak yakin dan punya pendapat sendiri, monggo di share pendapatnya di kolom comment.
cheers..